Kamis, 16 Desember 2010

tugas filsafat ilmu pengetahuan


Tugas :
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
KELOMPOK 2:

1.      JONAIDI
NIM : 0902035040

2.      RISKA
NIM : 0902035043

3.      MARADONA
NIM : 09020350

4.      PENINA URING
NIM : 0902035044

5.      DIAN NISAWATI
NIM : 0902035039

6.      DEDIMALIK
NIM : 09020350

                                 JURUSAN KOSENTEASI SOSIOLOGI



FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010



KATA PENGANTAR
            Dengan mengucapkan Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya, maka kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu yang telah disepakati bersama teman-teman mahasiswa dan dosen pengajar mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan.  Prof. Dr. H. Harianto, MS.
            Adapun maksud dan tujuan dari tugas ini yaitu, Agar Mahasiswa banyak membaca buku baik dari bahan - bahan kuliah maupun dari sumber-sumber lain. Dan agar mahasiswa dapat berpikir mendasar  dan bertindak  Rasional, melatih dan memampukan mahasiswa dalam menganalisa dilingkungan sekitar, Serta menjadi pembelajaran yang baru bagi mahasiswa.







Samarinda, 16 Desember 2010






SOAL KELOMPOK III :
1.      Berikan penjelasan anda tentang metoda penyidikan sebagai salah satu masalah mendasar di dalam filsafat di dalam proses untuk memecahkan dan mencari jawaban yang benar terhadap suatu masalah!
2.      Berikan pula penjelasam anda tentang metoda penyidikan ilmiah dan sekaligus perbedaannya dengan metode penyidikan yang biasa di gunakan oleh para ahli filsafat yang di sebut pada tugas nomor 1 diatas!
3.      Berikan penjelasan anda tentang aliran-aliran di dalam ilmu berdasarkan kepentingan dan keutamaan antara “kemampuan berfikir dan menalar” dengan “kemampuan mengamati dan menganalisa”!


JAWABAN :
Jawaban 1:
            Metoda penyidikan adalah salah satu langkah yang mendasar dalam filsafat dan sebagai proses untuk memecahkan dan mencari jawaban yang benar terhadap suatu masalah. Hal ini tergantung dari sudut pandang dan teori yang di gunakan oleh para filsuf. Pendekatan yang dilakukan sebelum membahas beberapa metode penyidikan adalah tentang konsep akal sehat ( common Sense ) yaitu suatu konsep penghayatan yang akan menghasilkan pandangan yang sama bagi semua orang, Pandangan tersebut di peroleh dari mereka yang berpendidikan tinggi ataupun yang  tidak berpendidikan sama sekali. Bagi yang berpendidikan atau tidak jika melihat suatu benda yang misalnya saja suatu gagal panen akan mengalami kerugian dan kelaparan,Batu akn di katakan keras, Matahari di katakana panas,air laut di katakan asin, makhluk hidup dikatakan bernapas, Untuk mendapatkan penghayatan – penghayatan ataupu persepsi yang di contohkan diatas maka orang sadar ataupun tidak mempunyai pengetahuan – pengetahuan biologis meskipun sangat minimal sekali ,Selain daripada itu kondisi social masyarakat diman ia hidup juga memegang peran yang tidak sedikit . Jadi akal sehat atau common sense yang di miliki manusia bersumber dari pengalaman – pengalaman biologis,pengalaman – pengalam sosiologis dan pengalaman – pengalam psikologis yang pernah ia hayati. Untuk memperoleh akal sehat di perlukan koordinasi antara panca indra dan ingatan serta kemampuan untuk menalar yang sangat sederhana. Dan akal sehat adalah hanya merupakan pengalaman dan penghayatan sehari – hari dari seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa akal sehat adalah tahap pertama dari semua tahap penyidikan dalam memecahkan serta mencari jawaban yang benar terhadap suatu masalah.

            Keyakinan yang ada dalam diri seseorang akan membentuk kepribadian dan dasar dari intelektualitasnya serta akan mempengaruhi cara – cara berpikirnya.Dalam hal ini keyakinan memiliki tiga macam yang berlainan Yaitu :

a)      Keyakinan yang didasari dengan adanya kekuatan yang mendasar dari keyakinan yang telah dianut.Keyakina ini merupakan pertumbuhan dan perkembangan dari kondisi yang mendasari terciptanya akal sehat.
b)      Keyakinan yang didasari oleh adanya kemauan untuk percaya,ada tiga kemungkinan apakah kebeneran yang ada dapat di terima,di tolak,atau meragukan kebenaran tersebut.Jika dalam menghadapi suatu masalah terdapat bukti yan sejalan dengan opini masyarakat yang di anut maka masalah tersebut dapat di terima kebenarannya.Keyakinan dapat diartikan sebagai kepercayaan tidak berdasrkan adanya bukti tetapi justru karena tidak adanya bukti yang di kehendaki.Dalam hal ini jika seseorang mengahadapi suatu keadaan yang tidak dapat membuktikan kebenaran masalah itu dengan salah satu cara yang ada.Keyakinan disini adalah dasar  bagi pertumbuhan agama dan beragam kepercayaan dimana di dapati masalah yang tidak dapat di jelaskan secara rasional.
c)      Keyakinan yang timbul yang di sertai adanya harapan terhadap keyakian seseorang, Misalnya kepercayaan terhadap sistim pemerintahan yang demokratis,kepercayaan terhadap pancasila sebagai satu – satunya Ideologi Negara,percaya dan mempunyai keyakinan atas kebenaran metode penyelidikan ilmiah,percaya dan yakin atas kepandaian dan kemanjuran seorang dukun ataupun seorang dokter dan sebagainya.
            Untuk melakukan penyidikan adalah metode menurut pandangan atau pendapat seseorang atau sekumpulan yang ahli mempunyai otoritas padab suatu bidang ( authoritarian method ) Pada dasarnya pandangan – pandangan dimana keyakinan seseorang bertumpu, di peroleh paling tidak di pelajarinya dari pihak lain yang lebih ahli atau yang lebih mempunyai otoritas ini dapat berbagai ragam, misalnya tolak ukur yang dipakai di dalam kehidupan keluarga,kode etik dari suatu kelompok Yang diakui, filsafat atau ideology Negara, kalangan atau masyarakat agama, adat kebiasaan dan masa media cetak atau yang diturun kan secara verbal dari generasi ke generasi. Dalam melakukan penyidikan untuk menentuksn kebenaran sesuatu dengan metode otoritas yang dimaksud di sini adalah dengan menggunakan dua cara yaitu : metode otoritas yang dogmatik di milikik oleh kelompok agama dan kelompok yang percaya dengan kekuatan ghaib, metode ini tidak dapat menyidik proses yang berjalan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. Kedua metode otoritas ilmiah yang tidak lain dari suatu proses untuk mencari kebenaran atau memecahkan suatu masalah melalui metode ilmiah.
            Untuk mencari kebenaran adalah metode intuisi, dalam mencari kebenaran berdasarkan keyakinan sukar di peroleh batasan yang cukup tajam antara yang di sebut benar dan yang tidak benar, misalnya kelompok yang berkayakinan bahwa pemerintah demokrasi itu adalah benar akan bertabrakan dengan kelompok yang berkeyakinan bahwa pemerintahan dengan system totaliter itulah yang benar, dalam hal ini tidak di dapati perbedaan yang tajam antara benar dan tidak benar di antara kedua sistem itu dan sebaliknya metode otoriyas tidak dapat memberikan peluang bagi manusia untuk mendayagunakan intelektualnya. Mencari pemecahan masalah melalui intuisi berlangsung atas dasar bahwa manusia mempunyai kemampuan alamiah untuk mendapatkan sesuatu pengethuan,metode ini memiliki dasar bahwa kebenaran yang diketahuinya di perolehnya tanpa perlu sesuatu penalaran.seseorang mengetahui bahwa sesuatu keadaan itu benar karena adanya pengetahuan yang berasal dari dalam dirinya sendiri.dirinya akan ceoat sadar dengan keadaan yang di hadapinya  kemudian dia akan memperoleh jawaban yang benar. Untuk menyatakan kebenaran melalui intuisi tidak diperlukan bukti – bukti, karena bukti atas kebenaran telah terkait dalamnya.
            Cara Mencari kebenaran selanjutnya dengan melalui wahyu yaitu kebenaran yang diturunkan oleh sang maha pencipta,tuhan yang maha Esa melalui kitab – kitab sucinya.Salah satu syarat yang di gunakan untuk memecahkan masalah melalui wahyu adalah keyakinan dan kepasrahan diri seseorangkepada yang maha agung dan maha pencipta.

Jawaban 2.
            Metode Penyidikan Ilmiah adalah suau metoda analisis terhadap sebuah fenomena yang bersifat objektif,logis dan sistematis. Hasil dari sebuah metoda penidikan ilmiah tidak tergantung kepada Otoritas,keyakinan,intuisi maupun  wahyu.Kebenaran dalam ilmu hanya di topang oleh keberhasilan dalam suatu penyidikan dengan metode ilmiah. Pengetahuan di lahir kan dengan cara penyidikan dengan menggunakan  metoda Ilmiah dan ini tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Metode ilmiah bersifat objektif bahwa metoda ini adalah bersifat itersubjektif yang berarti terbuka untuk semua orang yang berminat dan yang berminat harus memiliki pengetahuan mengenai fenomena yang di minatinya. Jika hasil yang bersifat ilmiah akan disangkal maka sangkalan harus dilakukan dengan membuktikan dengan metode yang sama pula.Hasil Suatu penyidikan dengan metoda ilmiah harus bebas dari penilaian – penilaian yang subjektif, jika dalam suatu hasil di bidang ilmu benar atau salah bukan disebabkan oleh adanya suatu pernyataan dari seseorang ilmuan yang terkenal  ( otoritas ) bukan pula karena sekedar adanya keyakinan bahwa hasil itu benar atau keliru dan bukan pula oleh karena adanya perasaan yang mnyokon atau menolak hasil itu.Hasil dari suatu penyidikan ilmiah di nyataka benar atau keliru hanya semata – mata berdasrkan fakta yang  empiris yang telah dikaji dan diamati dengan car ilmiah pula.
            Sebagai suatu metoda yang bersifat Logis Metoda ilmia harus terarah dan mengikuti penalaran yang logis yang telah di terima di dalam disiplin ilmu tertentu.Sebagai suatu sistim Metoda ilmiah harus mampu secara sistimatis menyusun fakta – fakta yang di peroleh. Selain dari fakya yang diperoleh, teori instrumentasi bagi pengamatan sebuah fenomena, maka proses yang menghubungkan yang satu dengan yang lainnnya ( antara fakta, teori dan instrumentasi ) harus di landasi oleh prinsip – prinsip penalaran.Sebagai sistim yang logis metoda ilmiah harus mengandung suatu cara yang dapat menganalisa dirinya sendiri. Fakta – fakta yang di terima dan telah diakui harus selalu di uji sesuai dengan teknik penyidikan yang berkembang. Jika jawaban terhadapm sebuah fenomena di peroleh dengan terlalu mudah dan terlalu di cari –cari maka jawaban serupa ini diragukan kebenarannya. Setiap pendapat yang baru muncul harus di teliti benar atau tidak yang harus dilaksanakan secara Objektif pula.
            Dengan demikian ilmu di bentengi untuk tidak menerima pemikiran yang dilandasi oleh dogma,keyakinan,intuisi maupun wahyu. Metoda yang sistematis maka metoda penyidikan ilmiah di dalam menyusun problematiknya dan cara – car pelaksanaan penyidikan yang di hadapi tidak dilkukan secara acak atau kebetulan. Bila kesimpulan di tentukan secara logis hendakalah syarat – syarat untuk mengambil kesimpulan itu di penuhi. Syarat tersbut diantaranya bahwa dasar pendapat sebagai dasar perbincangan (premises) fakta – fakat dan kesimpulan yang diambil dari premises itu harus disusun dengan teratur beragam teori dan hukum yang dipakai di dalam metoda penyidikan ilmiah harus berhubungan satu sama lainnya.Teori dan hukum yang di gunakan harus saling kerja sama, saling menunjang satu sama lainnya dan paling tidak,tidak bertentangan.
Sedangkan  dalam metoda penyidikan yang biasa di gunakan oleh para ahli filsafat adalah kebalikan dari metoda penyidikan ilmiah yang bergantung pada :
a)      Otoritas yaitu suatu pandangan yang di yakini seseorang yang bertumpudiperoleh paling tidak dipelajarinya dari pihak lain yang lebih ahi dalam bidang tertentu. Untuk memetukan kebenaran yang sesuatu dapat di tempuh dengan dua jalan yaitu dengan otoritas yang dogmatic dan otoritas ilmiah.
b)      Keyakinan yaitu kepercayaan yang berdasarkan akal sehat yang sebahagian diperoleh dari pendidikan serta adanya ketekunan membaca majalah,surat kabar, ataupun sumber bacaan yang lainnya.
c)      Intuisi yaitu metode keyakinan yang sulit di dapatkan batasan yang cukup tajam antara sesutau yang benar atau tidak.Hal ini berlangsung atas dasar bahwa manusia mempunyai kemampuan alamiah untuk mendapatkan suatu pengetahuan.Dasar dari metoda ini adalah bahwa kebenaran yang diketahui diperoleh tanpa perlu adanya sutau penalaran .Sesuatu hal yang dianggap benar karena adanya pengetahuan yang berasal dar dalam dirinya sendiri,Metoda ini juga tidak di perlukan bukti – bukti atas kebenaran yang telah di dapatkannya.
d)     Wahyu yaitu  kebenaran yang di turunkan oleh maha pencipta  melalui kitab – kitab suci yang di turunkan melalui utusannya,salah satu syarat dalam menyelasaikan masalah melalui wahyu yang berarti keyakinan dan kepasrah diri seseorang kepada sang Maha Pencipta.
            Beberapa contoh metoda – metoda yang di gunakan oleh para filsuf Misalnya Sikap seorang ahli filsafat dari abad pertengahan tentu berbeda dengan sikap koleganya dari abad ke Sembilan belas.Misalnya metode yang digunakan plato akan berbeda dengan metoda yang di anut oleh Aristoteles.Metoda seorang ahli kebatinan atau metode seorang ahli fisika untuk mendapatkan kebenaran yang diinginkannya.Seorang ahli politik dengan faham totaliter di dalam menyebarkan doktrin politiknya akan menggunakan metoda yang berbeda dengan seorang ahli politik yang berfaham demikratis. Dan dalam metoda untuk mempersempit kesenjangan antara si kaya dan si miskin berdasarkan teori ekonomi liberal akan berbeda dengan metoda yang di terapkan berdasarkan teori ekonomi pancasila.Dengan demikian kita mengenali berbagai metoda untuk mencari atau memastikan kebenaran yang kita inginkan.
Jawaban 3.
            Kemampuan menalar adalah menyebabkan manusia mampu mengembangkan yang merupakan rahasia kekuasaan – kekuasaannya. Manusia adalah satu – satunya makhlik yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh – sungguh.Bintang juga memiliki mempunyai pengetahuan namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya.dan manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya.dia memikiran hal – hal baru menjelajahi ufuk baru karna dia hidup bukan sekedar melangsungkan hidup namun lebih dari itu.Manusia mengembangkan kebudayaan,manusia memberikan makna kepada hidupnya,manusia memanusiakan diri dalam hidupnya,dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu pada hidupnya memiliki tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya.Dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini.
            Pengetahuan ini mampu dikembangak manusia disebabkan dua hal yakni yang pertama manusia mempunyai bahasa  yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut,yang kedua menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu secara garis besar cara berpikir seperti ini di sebut penalaran. Dua kelebihan ini lah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan berpikir yang mampu menalar.
            Hakikat penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir,merasa bersikap,dan bertindak.Sikap dan tindakannya  yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegitan merasa atau berpikir.Penalaran menghasilakn pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan,meskipun seperti dikatakan pascal,hati pun mempunyai logika tesendiri.Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyadarkan diri pada penalaran. Jadi enalaran meruoakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
            Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.Apa yang disebut benar bagi  setiap orang adalah tidak sama maka oleh sebabitu kegiatan proses berpikir untuk menhasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda- beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang di sebut sebagai kreteria kebenaran, dan kreteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan sustu proses penemuan kebenaran dimana tiap jenis - jenis kebenaran mempunyai kreteria kebenarannya masing-masing. Sebagai suatu kegiatan berpikr maka penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adany suatu pola berpikir yang secara perpikir dapat disebut logika, tiap bentuk penalaran memiliki bentuk tersendiri atau dapat disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu poses berpikir logis, dimana berpikir logis di artikan kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau dengan perkataan lain menurut logika tertentu. Hal ini patut kita sadari bahwa berpikir logis itu mempunyai konotasi yang bersifat (plural) dan bukan tunggal (singural).Suatu kegiatan berpikir bias di sebut logis di tinjau dari suatu logika tertentu dan mungkin tidak logis bila di tinjau dari sudut logika yang lain. Hal ini sering menimbulkan gejala apa yang di sebabkan oleh konsistennya kita dalam memperguanakan pola berpikir tertentu.
            Ciri yang kedua adalah sifat analitik  dari proses berpikirnya.Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menydarkan diri kepada suatau analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika ilmiah dan juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula.sifat analitik ini jika kita kaji lebih jauh merupakn konsekuensi dari adanya sustu pola berpikir tersebut maka tidak aka nada kegiatan analisis, sebab analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan beroikir berdasarakan langkah – langkah tertentu. Berdasarkan criteria penalaran tersebut diatas maka dapat kita dapat kan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat logis dan analitis. Atau lebih jauh dapat kita simpulkan car berpikir yang tidak termasuk kedalam penalaran bersifat tidak logis dan tidak analitik.dengan demikan maka kita dapat membedakan secara garis besar cirri –ciri berpoikir meurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
            Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah intuisi.  Untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau ilmu, apakah yang lebih utama penalaran atau pengalaman dan pengamatan yang ada di dapat di lingkungannya. Atau kedua cara tersebut memiliki peranan penting dan lebih utama.Apakah akal pikiran yang mampu menalar suatu keadaan sehingga dapat memberikan nilai kebenaran,Atau dengan menggunakan pengamatan lingkungan melalui fakta – fakta yang didapat sehingga dapat di sajikan kebenaran yang di inginkan.
            Dalam ilmu modern mengutamakan penalaran sebagai factor yang azazi dan fundamental untik mencari suatu kebenaran dari ilmu ke dalam kelompok yang beraliran rasional.Aliran ini beranggapan bahwa penalaran manusia sebagai alat utama bahkan satu – satunya yang memiliki otoritas untuk mencari suatu nilai kebenaran. Aliran yang menggunakan tekanan utama kepada peranan pengalaman sedangkan pengamatan sebagai factor utama untuk mencari kebenaran ilmu termasuk golongan yang beraliran empiris. Aliran ini mengutamakan pengalaman sensoris sebagai peranan yang utama untuk mencari kebenaran.dalam hal ini tidak hanya terbatas pada panca indra manusia saja akan tetapi meliputi alat – alat modern yang diciptaknn manusia untuk mempertajam pancaindra sehingga dapat diperoleh fakta – fakta yang lebih dapat di percaya.Sehingga meliputi bagaimana data yang dikumpulkan dan bagaimana interpretasi dilakukan.Perbedaan yang nyata adalah bahwa aliran rasional menggunakna penalaran sebagai landasan uatama sedangkan empiris menggunakan pengamatan sebagai landasan utama dalm mencari kebenaran.
            Dalam aliran Positivis berpenndapat bahwa mencari kebenaran melalui prosedur ilmiah hanya dapat di terima kalau teori yang dikemukakan secara langsung dapat terbuktidengan cara pengamatan yang nyata.Aliran tersebut tidak dapat menerima kebenaran berdasrakan teori yang tidak mungkin dapat dibuktikan dengan pengamatan langsung,Dengan demikian aliran positivis tdak dapat menerima teori metafisik dari kant mengenai tuhan,jiwa dan kebebasan manusia unutk menentukan keinginannya yang mendasari nilai moral serta sebagai arahan bagi tingkah laku manusia di dalam menjalankan hidupnya.Aliran positivis ini menolak kebenaran atau ilmu yang bersifat a priori,suatu kebenaran yang dogmatis.
            Pada aliran pragmatis adalah bahwa nilai akhir sesuatu idea tau gagasan yang memilki kegunaan untuk menyelasaikan masalah  praktis,yang harus dilihat dari konsekuensi praktisnya.Konsekuensi praktis dari metoda pragmatis adalah konsekuensi yang harus dapat di teliti secara eksperimental (menurut Peirce ) sedangkan nilai dari pragmatis adalah konsekuensi praktisnya yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, jadi dapat di simpulkan bahwa dasar dari metoda pragmatis dari james adalah psikologis, sedangkan dari Peirce adalah logic.
            Fakta-fakta yang digali sehingga merupakan pernyataan-pernyataan membuktikan bahwa fakta – fakta itu mengandung kebenaran.Namun demikian selalu kita dapati bahwa sesuatu kejadian yang diamati oleh beberapa orang dapat memberikan interpretasi yang berbeda pula .Bila interprestasi sudah berbeda maka konsekuensi praktisnya juga akan berbeda pula.
            Untuk menjelaskan suatu kejadian atau sesuatu fakta diperlukan fakta lain.Didalam suatu system untuk memberikan penjelasan tentang suatu pengetahuan selalu diperlukan fakta yang pada gilirannya fakta itu memerlukan fakta lain untuk menguatkan fkata terdahulu.Akhirnya akan sampai pada suatu fakta yang tidak memerlukan fakta lain untuk membuktikan kebenaran fakta tersebut.Keadaan ini dimungkinkan oleh karena fakta itu telah mengandung kebenaran sendiri sehingga tidak memerlukan sokongan maupun bantuan fakta lain-lainnya. Fakta ini biasanya kita kenal dengan istilah axioma. Contoh fakta yang diperlukan dalam memberikan kebenaran atas fakta bahwa jumlah dari setiap segi tiga adalah 180° adalah pernyataan bahwa  melalui satu titik ,dua garis lurus yang dapat mempunyai satu titik kesamaan atau tidak mempunyai titik kesamaan sama sekali.


DAFTAR PUSTAKA

Suriassumantri Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan 2009
Djojosobagio Soewondo, Dasar- dasar Ilmu Filsafat, 1985 ( Foto Copy)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar